dr. Rangga Adi Nugraha, Sp.S (Dokter Spesialis Saraf RS AR. Bunda)
Epilepsi merupakan gangguan sel-sel otak akibat aktivasi kelistrikan yang berlebihan di otak. Bentuk gejala yang paling umum dari epilepsi adalah kejang kelojotan. Namun, tidak semua kejang dikarenakan epilepsi, sehingga setiap kejang sebaiknya diperiksakan ke dokter untuk diketahui penyebabnya.
Epilepsi memilik berbagai macam penyebab. Penyebab epilepsi karena murni kelistrikan yang berlebih, biasanya terjadi pada usia dibawah 25 tahun. Sedangkan epilepsi pada saat usia dewasa bisa disebabkan karena hal lain, seperti post trauma, stroke, tumor otak, infeksi atau penyebab lainnya. Pada balita tidak semua kejang demam akan mengalami epilepsi, hanya 10% berisiko mengalami epilepsi. Sehingga perlu segera ditangani oleh dokter untuk mencegah kejang demam tidak berulang. Namun, ketika terjadi kejang pada anak jangan dibiarkan terlalu lama karena akan mengganggu aliran darah ke otak yang menyebabkan otak kekurangan oksigen. Hal ini akan berefek pada sel-sel otak. Jika dibiarkan dan berulang terus akan mengganggu fungsi otak.
Banyak mitos yang berkembang mengenai penyakit epilepsi atau ayan. Hal ini yang menyebabkan masih banyak penderita epilepsi dan keluarga yang belum memahami dan membawa diri atau anggota keluarga ke pelayanan kesehatan. Beberapa mitos yang berkembang di Masyarakat antara lain :
- EPILEPSI PENYAKIT KUTUKAN ATAU KERASUKAN
Di Indonesia, epilepsi dianggap sebagai gangguan yang bersifat mistis. Hal ini dikarenakan masyarakat memiliki pandangan yang keliru, dimana mereka menganggap bahwa epilepsi bukanlah penyakit tapi terjadi karena masuknya roh jahat, kesurupan, guna-guna atau suatu kutukan. Faktanya epilepsi merupakan suatu penyakit dimana jumlah penderita epilepsi di Indonesia adalah 1,5 juta dengan prevalensi 0,5-0,6% dari penduduk Indonesia. Mengacu pada data insidensi epilepsi di dunia, insidensinya 50,3 per 100.000 populasi per tahun. Dengan kata lain, pada 100.000 orang didapatkan kejadian epilepsi sebanyak 50 orang. Cukup tinggi bukan?
- EPILEPSI PENYAKIT MENULAR
Gejala epilepsi yang berkembang di tengah masyarakat adalah semacam penyakit yang ditandai dengan kejang-kejang tiba-tiba serta mengeluarkan air liur berwarna putih seperti busa. Namun masih banyak yang tidak berani menolong orang yang kejang tersebut. Hal ini dieebabkan karena mereka meyakini bahwa busa yang ada di mulut penderita dianggap bisa menularkan epilepsinya. Faktanya sebenarnya penyakit epilepsi tidak menular. Busa di mulut penderita epilepsi disebabkan oleh kelenjar air liur yang ada di mulut setiap orang. Jika penderita mengalami kejang, dan kelenjar liur sedang penuh isinya, kejang yang dialami penderita akan mendorong isi kelenjar liur ke luar mulut dalam bentuk busa. Jadi tidak ada kaitannya antara air liur dengan penularan epilepsi
- EPILEPSI TIDAK DAPAT DIOBATI
Pada suatu studi berbasis rumah sakit yang dilakukan di 18 rumah sakit di 15 kota pada tahun 2013 selama 6 bulan didapatkan 15,3% dari 2.288 pasien epilepsi masih berobat ke dukun dan tidak berobat. Hal ini mungkin dikarenakan mitos di masyarakat bahwa epilepsi merupakan penyakit mistis dan tidak dapat diobati secara medis. Faktanya Epilepsi atau kejang dapat dikontrol, 70% orang dengan epilepsi dapat bebas kejang dengan menggunakan obat anti bangkitan.
- PENDERITA EPILEPSI HARUS OVER-PROTEKSI ATAU DIJAUHKAN DARI MASYARAKAT
Banyak penderita epilepsi yang memiliki keluarga dengan sikap over-proteksi, memanjakan, membatasi kegiatan di luar rumah. Dan juga perlakuan masyarakat terhadap penyandang epilepsi berupa penolakan, direndahkan, diisolasikan/ dijauhkan dari masyarakat. Faktanya, penderita epilepsi dapat hidup di masyarakat layaknya orang normal.
- EPILEPSI DAN KETERBATASAN DI DALAM SEGALA HAL
Masih ada mitos kalau penderita epilepsi pasti akan memiliki keterbatasan di dalam segala hal seperti pendidikan, pekerjaan dan olahraga. Faktanya, jika serangan tidak muncul lagi (dengan meminum obat epilepsi yang teratur dan rutin), maka dapat hidup normal, dapat sekolah, bekerja dan dapat berolahraga (namun tidak boleh yang berbahaya seperti panjat tebing, adapun berenang boleh dilakukan jika serangan epilepsi sudah tidak muncul dan dengan pengawasan). Pada suatu studi tahun 2017 di Manado dilaporkan bahwa 77,10% dari pasien epilepsi memiliki fungsi kognitif yang normal.
- ORANG DENGAN EPILEPSI TIDAK BISA MENIKAH DAN HAMIL
Ini juga mitos yang keliru. Orang dengan epilepsi dapat menikah, hamil dan mempunyai keturunan. Epilepsi tidak berpengaruh pada kemampuan perempuan untuk memiliki anak dan hamil. Hanya saja perlu diketahui bahwa ketika ibu hamil mengonsumsi obat epilepsi, maka risiko cacat lahir pada bayi meningkat 2-3 kali lipat dibanding ibu tanpa epilepsi. Jika penderita epilepsi akan berencana hamil, sebaiknya diskusikan terlebih dahulu pada dokter saraf mengenai penggunaan obat-obatan.
- GEJALA EPILEPSI HANYA BERUPA KEJANG KELOJOTAN DAN MULUT BERBUIH
Epilepsi memiliki berbagai macam gejala, antara lain kejang kelojotan, bengong sesaat, vertigo, gangguan perilaku sesaat, pingsan, otomatisme atau gerakan berulang-ulang, mual, gangguan penglihatan, dan lain-lain.
Kejang epilepsi merupakan penyakit yang didiagnosis oleh dokter saraf dengan berbagai macam pemeriksaan, salah satunya dengan pemeriksaan elektroensefalogram (EEG) atau yang dikenal dengan rekam otak.
Mari segera periksakan anggota keluarga atau kerabat Anda yang mengalami gejala epilepsi ke Dokter Spesialis Saraf di Rumah Sakit AR. Bunda Lubuklinggau,
Agar mudah dan cepat, silahkan Daftar melalui Whatsapp di 0822-822-999-29
POLI SARAF
Poliklinik | Dokter | Hari | Jam |
---|---|---|---|
Saraf | dr. Rangga Adi Nugraha, Sp.S | Senin – Jumat | 09.30 WIB – 14.00 WIB 19.00 WIB – 21.00 WIB |
dr. Fardin Suradi, Sp.S | Senin – Jumat | 15.00 WIB – 19.00 WIB | |
Sabtu | 10.00 WIB – 14.00 WIB |
*Jadwal Sewaktu waktu bisa berubah-ubah, Jika ada penambahan & perubahan ,Maka akan kami infokan kembali.
*Tanggal merah dan libur nasional layanan poli tutup.